justjlm.org – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkapkan bahwa bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Kabupaten Luwu disebabkan oleh signifikan penurunan tutupan hutan di Gunung Latimojong, yang dipicu oleh aktivitas pertambangan emas yang intensif di wilayah tersebut.
Muhammad Al Amien, selaku Direktur Eksekutif Walhi Sulsel, menyampaikan bahwa hasil kajian menunjukkan bahwa daya dukung dan daya tampung air Gunung Latimojong mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yang diperparah oleh penurunan tutupan hutan. Situasi ini telah menyebabkan Luwu sering terkena dampak banjir dan tanah longsor, dengan konsekuensi yang juga dirasakan di daerah lain seperti Wajo dan Sidrap.
Penurunan signifikan tutupan hutan di Latimojong disebabkan oleh aktivitas pertambangan emas yang semakin massif, baik yang beroperasi secara legal maupun ilegal. Sekitar 70% pembukaan lahan disebabkan oleh kegiatan pertambangan emas, sementara 30% sisanya untuk perkebunan masyarakat di sekitar.
Amien menekankan bahwa aktivitas pertambangan ini telah menimbulkan dampak signifikan terhadap kerusakan lingkungan, terutama dalam hal pembukaan lahan dan pengerukan dinding sungai yang berkontribusi pada terjadinya banjir bandang. Ia mendorong Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Luwu untuk menyusun peta daerah rawan bencana secara rinci dan mendesak langkah-langkah pemulihan ekosistem di Gunung Latimojong.
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Luwu pada Jumat (3/5) telah menimbulkan korban jiwa, dengan 11 orang meninggal dunia dan 1 orang masih dalam pencarian. Sejumlah wilayah, terutama Kecamatan Latimojong, mengalami isolasi akibat banyaknya titik longsor dan jembatan yang roboh, menggarisbawahi urgensi respons yang cepat dan upaya pencegahan yang efektif dari pihak berwenang guna mengurangi dampak bencana di masa depan.