Makanan tradisional Indonesia selalu punya cerita unik di baliknya. Setiap daerah memiliki kekayaan kuliner yang kaya akan rasa dan sejarah, tetapi sayangnya, beberapa hidangan tersebut kini hampir punah. Di balik perkembangan zaman dan modernisasi, banyak resep tradisional yang perlahan-lahan terlupakan. Nah, yuk kita telusuri beberapa makanan tradisional yang hampir punah, dan kenapa kita harus peduli agar mereka tidak hilang begitu saja.
1. Tumpi, Makanan Khas Lampung
Tumpi adalah salah satu makanan tradisional khas Lampung ALTERNATIF TRISULA88 yang berbahan dasar singkong. Singkong diparut halus, kemudian dicampur dengan kelapa parut, gula merah, dan sedikit garam. Setelah itu, adonan tersebut dipanggang dalam bentuk bundar tipis di atas daun pisang. Rasanya manis dan gurih, dan teksturnya kenyal. Sayangnya, semakin sedikit orang yang tahu cara membuat tumpi, apalagi di kota-kota besar. Perubahan gaya hidup dan minat terhadap makanan instan membuat tumpi hampir terlupakan.
2. Klepon Khas Banyumas
Siapa yang tidak kenal klepon? Makanan manis yang terbuat dari ketan ini biasanya diisi dengan gula merah cair di dalamnya. Namun, klepon khas Banyumas sedikit berbeda. Di sana, klepon diberi isian kelapa parut yang gurih dan lebih kaya rasa. Sebagian besar orang hanya mengenal klepon dengan isian gula merah, sementara versi Banyumas yang lebih unik ini hampir punah karena semakin jarangnya penjual yang menjajakan klepon ini. Padahal, klepon Banyumas punya cita rasa yang tak kalah enak, lho!
3. Nasi Liwet Surakarta
Nasi liwet Surakarta adalah hidangan tradisional yang terdiri dari nasi yang dimasak dengan rempah-rempah, ayam, dan ikan, lalu disajikan dengan sambal terasi dan sayur daun singkong. Di Solo, nasi liwet sering dijadikan hidangan untuk acara-acara penting. Namun, sekarang, nasi liwet sudah mulai langka ditemukan, terutama di restoran modern yang lebih suka menyajikan makanan dengan konsep kekinian. Orang-orang lebih memilih makanan praktis yang cepat dan mudah disiapkan. Padahal, nasi liwet dengan cita rasa rempah yang kuat ini bisa menjadi makanan yang memanjakan lidah dan membuat kita nostalgia akan tradisi kuliner Jawa.
4. Sate Ponorogo
Sate Ponorogo memang terkenal dengan cita rasa sate ayamnya yang luar biasa. Namun, tahukah kamu kalau sate Ponorogo punya variasi yang semakin jarang ditemukan? Sate ini dulu tidak hanya terbuat dari ayam, tetapi juga daging kambing dan sapi, yang kemudian dibakar dengan bumbu kacang yang gurih dan pedas. Namun, seiring berjalannya waktu, lebih banyak orang yang memilih sate ayam biasa dengan bumbu kacang yang lebih standar. Makanan tradisional seperti sate Ponorogo yang lebih variatif ini sudah mulai jarang ditemukan di pasar-pasar lokal. Akibatnya, rasa otentik sate Ponorogo perlahan memudar.
5. Gandus dari Palembang
Gandus adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari tepung beras yang dimasak dengan santan kelapa dan gula merah. Rasanya manis, lembut, dan sedikit kenyal. Biasanya, gandus disajikan sebagai camilan di pagi hari atau sore hari bersama teh atau kopi. Makanan ini tidak terlalu terkenal di luar Palembang, dan sekarang sudah sangat sulit ditemukan di kota-kota besar. Bahkan, di Palembang sendiri, banyak yang tidak lagi memproduksi gandus, karena lebih banyak yang memilih makanan yang lebih praktis. Padahal, jika kita ingin mencicipi kelezatan yang berbeda, gandus bisa menjadi pilihan yang menarik.
6. Kue Cubir Khas Bengkulu
Kue cubir adalah makanan tradisional dari Bengkulu yang terbuat dari tepung ketan hitam. Bentuknya mirip dengan kue cubir pada umumnya, tetapi isinya terbuat dari kelapa parut yang dicampur dengan gula merah cair. Rasanya manis dan gurih, serta memiliki tekstur yang kenyal. Namun, seiring dengan perubahan selera dan minat masyarakat yang lebih mengutamakan makanan cepat saji, kue cubir mulai hilang dari pasar. Makanan khas yang memiliki cita rasa khas daerah ini perlu diperkenalkan lagi agar generasi muda bisa mengenalinya.
Mengapa Kita Harus Peduli?
Seiring berjalannya waktu, makanan tradisional seperti ini semakin sulit ditemukan. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, mulai dari perubahan gaya hidup, kemajuan teknologi, hingga kurangnya generasi muda yang tertarik untuk mempelajari dan melestarikan resep-resep tradisional. Oleh karena itu, kita harus berperan aktif dalam melestarikan kuliner-kuliner tersebut.
Mencari dan mendukung para penjual makanan tradisional, atau bahkan belajar membuatnya sendiri, adalah cara kecil yang bisa kita lakukan untuk menjaga agar makanan tradisional ini tidak punah. Selain itu, dengan melestarikan kuliner tradisional, kita juga ikut menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Jadi, mari mulai kenali, rasakan, dan cintai makanan tradisional Indonesia agar kekayaan kuliner kita tetap terjaga!